Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Sindikat Saracen, Penyebar Konten SARA yang Dapat Memecah Belah Bangsa

Jakarta - Pengamat Media Sosial dari Provetic, Iwan Setiawan, menilai perbuatan sindikat penyebar ujaran kebencian atau isu SARA dan hoax seperti grup Saracen, berakibat jelek bagi keutuhan negara. Hal tersebut didasari analisa Iwan yang melihat hate speech perorangan bisa memberi imbas pada masyarakat luas, apalagi kalau dilakukan terorganisir ibarat Saracen.

"Saya pikir (dampak perbuatan Saracen) akan bisa mengarah ke sana (membahayakan bangsa). Karena gini, kita lihat hate speech bisa dilakukan perorangan dan impactnya luas di media sosial. Sekarang bayangin kalau itu terorganisir," kata Iwan Setiawan kepada detikcom, Minggu (27/8/2017).

Iwan mengatakan, menggiring opini melalui media umum lebih simpel bila pendistribusian kontennya terorganisir.

"Yang mereka lakukan kan di media umum kan bagaimana menggiring opini orang ya. Dengan konten yang terorganisir ibarat itu, itu impactnya akan jauh lebih besar daripada konten (isu) yang dilemparkan perseorangan," terperinci Iwan.

Iwan menduga Saracen bekerja secara profesional dalam mengolah isu SARA dan kebencian di media sosial. Salah satu referensi profesionalitas Saracen yakni mereka memakai sasaran pasar dalam mendistribusikan konten-kontennya. 

"Mereka kayanya tahu target market yang mereka tuju. Bahwa bahasa yang digunakan medos berbeda dengan bahasa umumnya dan mereka tahu (kontennya) untuk kelas sosial apa-apa saja. Bahasa yang digunakan diadaptasi dengan bahasa target market mereka biar bisa terpenetrasi dengan mudah," terang Iwan.

Iwan berpendapat, dalam perkara ibarat Saracen, hal yang paling penting dalam proses penyidikan yakni mengetahui siapa penggagas mereka. "Kalau saya sendiri justru menunggu pemeriksaan klien mereka, sesungguhnya siapa, itu yang jauh lebih penting," ujar Iwan.

Terakhir Iwan mengimbau pada pihak-pihak yang mendistribusikan ujaran kebencian semacam Saracen untuk menghentikan sepak terjangnya alasannya yakni beliau khawatir hal tersebut akan merusak pola pikir generasi muda. Iwan menambahkan pendapatnya yaitu upaya memerangi konten hate speech dan hoax mulai terlihat tetapi kurang masif.

"Kita punya generasi muda banyak banget, jangan lah merusak mereka dengan konten-konten SARA ini. Sudah ada beberapa gerakaan di media umum yang sudah mengedukasi (wraganet soal ujaran kebencian), tapi kurang masif. Cukup kewalahan juga menampung hoax ini," ucap dia.

Sebelumnya diberitakan Wapres Jusuf Kalla (Wapres JK) menyebut hoax berpotensi menciptakan 2 negara berperang. JK memberi referensi korban hoax yakni relasi diplomatik antara Arab Saudi dan Qatar.

"Ya tentu, jangankan ini, perang bisa terjadi karena hoax, yang terjadi antara Saudi dan Qatar kan hoax. Bayangkan bahayanya kalau orang main-main dengan begitu," kata JK di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Jumat (25/8).

JK pun mengingatkan biar publik selalu melaksanakan konfirmasi terhadap isu yang menyebar. "Masyarakat itulah sulitnya masyarakat tidak punya kesempatan untuk recheck, belum tentu tahu nomor ajun saya," kata JK sambil tersenyum.

Sindikat Saracen mempunyai grup di Facebook. Mereka memproduksi isu SARA yang disebar ke media sosial. Mereka juga kerap mengirim ajuan kepada beberapa pihak terkait jasanya untuk membuatkan ujaran kebencian bernuasa SARA di media sosial. Setiap ajuan mempunyai nilai sampai puluhan juta rupiah

Source: detik.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top