Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murahini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Chester Bennington, Inikah Cermin Kegagalan Kapitalisme?

Kemarin Chris Cornell, kini Chester Bennington. Mereka kaya, sukses, terkenal, tapi tidak bahagia. Ujung-ujungnya depresi kemudian bunuh diri.

Selaku pendengar setia Linkin Park dari SD (courtesy to my ol' sis​​), saya cukup mengetahui apa yang dialami Bennington semenjak kecil. Pelecehan seksual, penyalahgunaan obat-obatan, sampai kecanduan alkohol. Lagu-lagu Linkin Park banyak membahas soal permasalahan Bennington itu. Setelah sekian tahun, pasca Linkin Park mengeluarkan album studio ketujuhnya, Bennington karenanya mengalah dan mengikuti mentornya, Cornell.

Kasus ini (dan jutaan lainnya) setidaknya mengajarkan kita dua hal. Pertama, ukuran kebahagiaan bukanlah kekayaan maupun kesuksesan. Apa yang kurang dari Bennington? Salah satu vokalis paling bertalenta di industri musik rock, bersama grup band yang dikenal di seluruh penjuru dunia. Tapi ia masih merasa depresi juga.

Menurut Dr. Paul Pearsall, sebagaimana dikutip dalam buku The Model, yang menyerupai itu disebut sebagai Toxic Success. Kesuksesan beracun. Dia sukses, tapi ia tidak bahagia. Ini yang lebih banyak menimpa orang kaya. Sebaliknya, kemiskinan belum tentu menciptakan orang sengsara. Buktinya, indeks kebahagiaan warga Yogyakarta ialah yang paling tinggi di Indonesia, walau ketimpangan ekonominya justru yang paling buruk.

Kedua, tatanan hidup kapitalisme ialah tatanan hidup berbasis materi, alias materialisme. Kenikmatan tertinggi ialah dengan kepemilikan bahan berlimpah. Orang dapat dikatakan senang bila mempunyai bahan berlimpah. Tapi diri mereka kosong. Jiwanya gusar, gelisah. Seperti tidak tahu arah hidup. Ini tidak dapat dipungkiri, alasannya kapitalisme sendiri dibangun atas dasar sekulerisme, pemisahan agama dari kehidupan.

Naluri dasar insan ialah naluri beragama. Bisa dipahami bahwa memisahkannya dari tatanan kehidupan justru akan membawa permasalahan. Manusia dibuat jadi menyerupai anak ayam yang kehilangan induk. Hidup tidak tenang, stres, depresi, karenanya jatuh ke hal-hal terlarang (obat-obatan, alkohol). Believe me, it's a daily affair in the Western world.

Islam ialah satu-satunya jalan hidup yang lurus. Mereka yang meyakininya dengan sepenuh hati, tanpa keraguan, tidak akan menyerupai anak ayam kehilangan induk. Mereka tahu apa itu bahagia, dan mereka akan punya tujuan hidup, yakni akhirat. Mengenal Islam dengan kaffah akan membawa insan dalam kebahagiaan yang tidak dapat ditemukan dengan mengikuti jalan hidup kapitalisme.

Ah, andai Bennington mengenal Islam. Mungkin nasibnya tidak akan menyerupai ini. Tapi ia sudah memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri, meninggalkan Linkin Park dengan lubang besar yang entah dapat diisi atau tidak. Sekarang duduk kasus justru pada kita, kaum muslimin. Masih mau mempertahankan peradaban kapitalisme yang tidak dapat membawa kebahagiaan ini? (riafariana/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google
Source:
Kunjungi website

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top